DENGAN PENA LAWAN PENINDASAN

oleh : Eko Supriyanto
Ada yang menggelitik hati saya ketika membaca tulisan kawan saya Kahar Cahyono pengurus Dewan Pimpian Daerah Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia Propinsi Banten yang berjudul sama dengan pena lawan penindasan. Apa yang melatarbelakangi kegundahan saya adalah setelah eforia reformasi 1997 sampai dengan sekarang dengan banyaknya serikat pekerja/ buruh tetapi tidak berbanding lurus dengan jumlah anggota serikat pekerja itu sendiri tidak seperti saudara tua kita spsi pada waktu itu. Sebenarnya dengan banyaknya serikat pekerja tentunya keanggotaanya lebih banyak, organizer banyak tentunya tingkat kemampuan SDMnya akan lebih baik tapi toh sampai saat ini nasib pekerja/ buruh masih termarjinalkan, apanya yang salah? Lalu apa kaitannya dengan judul tulisan dengan pena lawan penindasan? Satu hal yang pasti dengan tingkat keanggotaan yang sedikit dan tentunya kalau boleh saya katakan suara minoritas, bagaimana bisa suara kita terdengar? Aksi gerakan buruh selama ini diidektikkan dengan demo menuntut upah layak, aksinya sering ricuh dan jalan macet karena aksinya bla…bla…...mungkin inilah saatnya kita merubah paradikma yang selama ini dijalankan para aktifis serikat pekerja dengan aksi turun kejalan dengan konsep “dengan pena lawan penindasan” akan lebih nyaring dan keras suara kita serta lebih terdengar ketika hubungan dengan media massa baik itu cetak dan elektronik daripada ketika kita bersuara dengan sound yang besar sekali didepan Istana Negara toh itu tidak didengar sang penguasa, sang penguasa akan mendengar dari telingga kanan keluar ke telingga kiri saat itu saja tetapi manakala dalam sebuah tulisan mungkin saat ini tidak dibaca suatu saat tulisan itu ada di meja kerjanya melalui media massa, leaflet, ataupun media lainya akan dibaca. Kita mengirim pesan dari pekerja/ buruh melalui media akan lebih efektif dibanding teriak - teriak dijalanan begitu yang ingin saya sampaikan. Satuhal yang menjadi pertanyaan sudahkan pekerja/ buruh mempuyai media cetak elektronik untuk menyampaikan pesan pesan yang menjadi agenda mereka? Tidak kecuali sekedar bulletin ataupun leaflet2 yang dibaca untuk kalangan sendiri, ada sih sebagian kita bisa menjalin hubungan baik dengan media massa sehingga aksi-aksi kita dimuat dimedia tersebut tetapi perlu diketahui bahwa itupun akan masuk dihalaman tengah ataupun dibelakang yang kemungkinan dibaca kecil dan yang menonjol dalam pemberitaannya adalah aksi yang anarkisnya, kisruhnya, betroknya dengan aparat bla.. bla.. Bukan esensi pesan kita yang tersampaikan tetapi akan menjadi kabur karena hal hal tersebut. Perlu disadari bahwa media massa itu milik para pengusaha yang notabene adalah salah satu siapa dan target dari aksi itu , tentunya dia tidak dengan serta merta mau dong. Jadi kesimpulannya kini saatnya serikat pekerja/ buruh kuat dengan pengorganisasi dan keuangannya bahkan mempuyai media sendiri bahkan perbankan sendiri untuk propaganda aksinya. Bagaimana menurut anda?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“711” Memaknai Pitulungan Dan Kawelasan (?)

SELAMAT DATANG DI FSP KEP KSPI KARANGANYAR

IKRAR FSP KEP