“Apakah kaum buruh mempunyai suatu alasan untuk memcampurkan tuntutan ekonomi atau tuntutan apapun(!) pada suatu pemogokan Hari Mei?”

Anda mengalami PHK? Anda sekarang bekerja dengan system kerja kontrak? Anda bekerja dengan upah murah? Anda menerima janji janji politik? Anda di sapa elit politik hanya saat pemilu dan momen politik?

Ya. Jawabannya mayoritas pasti Ya. PHK massal saat sekarang menjadi trend dengan alasan bangkrut akibat KRISIS EKONOMI Dunia. Tetapi benarkah perusahaan yang mem-PHK buruhnya semua karena bangkrut? Jawabannya tidak. Ini bisa kita lihat bahwa pabrik tersebut buka kembali atau pindah tempat baru dengan system kerja kontrak dan outsourcing. Akibatnya adalah buruh tidak memiliki kepastian kerja dan tidak mendapat upah yang layak. Inilah akibat krisis ekonomi kapitalisme sekarang, seperti juga yang terjadi pada tahun 1998. krisis kapitalisme adalah sebuah keharusan, karena krisis selalu dikandung dalam system ekonomi kapitalisme baik dalam skala besar/ global maupun kecil/ lokal. Ini bisa kita lihat dari perjalanan sejarah, ada 4 kali krisis kapitalime global yang sudah menimpa dunia, salah satunya adalah krisis sekarang dan 2 dua diantaranya melahirkan perang dunia, serta ratusan kali krisis berskala lokal.

Ekonomi kapitalisme selalu hadir menghancurkan sendi kehidupan rakyat, karena system ini hidup dengan merampas hasil kerja buruh untuk keuntungan sebesar-besarnya (akumulasi modal) sang kapitalis/ pengusaha. Krisis pasti terjadi, karena cara kerjanya penuh spekulasi dan penumpukan hasil produksi yang tidak terserap oleh konsumen (yang juga mayoritas buruh dengan daya beli rendah). Pada saat krisis, seperti sekarang kapitalis menjerit meminta pemerintah membantu dana dan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan kapitalis dengan mengorbankan rakyat. Padahal kita tahu, jumlah kapitalis sangat sedikit dan modal mereka dari keringat pekerjanya.

Benar, kapitalime sebagai system sedang terkena badai krisis. Tetapi tidak serta merta terjadi kebangkrutan pada pengusaha terutama pengusaha dalam negeri. Maka yang harus diwaspadai adalah bahwa PENUTUPAN PABRIK DAN PHK HANYALAH CARA UNTUK MERUBAH SYSTEM KERJA TETAP MENJADI SYSTEM KERJA KONTRAK dengan alasan krisis. Disini menunjukkan pengusaha ingin untung besar tanpa memberi kesejahteraan dan kepastian kerja secara mengadu domba buruh, maka tidak ada jalan lain kecuali pekerja bersatu dan bergerak melawannya dengan cara apapun karena PEMERASAN DAN PENGHISAPAN ada dalam hidup kita.

Disisi lain kapitalisme, telah menunjukkan WATAK asli pengusaha yakni PENGECUT dan TIDAK BERTANGGUNG JAWAB dengan meninggalkan pabrik begitu saja atau KABUR dan menelantarkan buruhnya. Nah, bila demikian sudah seharusnya pekerja/ buruh menyatukan dirinya untuk MENDUDUKI PABRIK DANMELAKUKAN PENGAMBIL ALIHAN PABRIK UNTUK BERPRODUKSI KEMBALI DALAM PENGELOLAAN BURUH.

Pemilu yang dimaksudkan untuk melakukan rekrutmen dan membangun sirkulasi kepemimpinan sesuai dengan kemampuan dan kepentingan rakyat, ternyata menghasilkan ketidakpuasan dimana mana, mulai dari DPT yang kacau kinerja KPU yang tidak profesional hingga berbagai macam manipulasi. Hasil pemilu tidak mungkin memberikan perubahan signifikan kearah perbaikan unutk rakyat APALAGI kaum PEKERJA. Buang jauh-jauh harapan bahwa pemilu akan membawa perubahan pada PERLINDUNGAN dan KESEJAHTERAAN buruh.

KAPITALIME MENGHANCURKAN KEHIDUPAN RAKYAT,

SOSIALISME PILIHANNYA. BANGUN PERSATUAN KELAS PEKERJA!!!

Kehidupan kita sekarang dikuasai oleh system kapitalisme yang selalu akan memakai elit politik dan intelektual pro pemodal serta alat alat negara untuk menjaganya, maka tidak ada jalan lain kecuali kelas pekerja Indonesia (buruh, petani, nelayan, miskin kota, PNS, prajurit TNI-POLRI) menyatukan diri dalam satu barisan untuk merubah system kapitalisme menjadi sistem SOSIALISME, yakni system dimana kekuatan ekonomi (produksi dan distribusi) diatur oleh negara untuk kepentingan sebesar-besarnya rakyat (lihat UUD 1945 pasal 33) dan keterlibatan rakyat pekerja sebesar-besarnya dalam kontrol dan pengelolaan negara (lihat Hugo Chaves di Venezuela yang melibatkan serikat buruh, Evo Morales di Bolivia yang melibatkan serikat petani, serikat buruh, serikat perempuan).

Nah momentum krisis ekonomi kapitalisme dan pemilu yang hanya memilih calon penindas baru rakyat, rakyat pekerja Indonesia sudah seharusnya menyatukan diri. Momentum 1 Mei(....)begitu penting untuk kita bersama-sama kaum buruh dan rakyat pekerja lainnya bergerak bersama, selain memperingati hari kemenangan buruh merebut 8 jam kerja. Kita juga mengajukan tuntutan :

§ CABUT UU PPHI NO 2 tahun 2004 tentang Pengadilan Perselisihan Hubungan Industrial

§ HAPUSKAN SYSTEM KERJA KONTRAK dan OUTSOURCING, REBUT KEPASTIAN KERJA

§ TOLAK dan LAWAN PHK dengan dalih apapun

§ LAWAN UPAH MURAH, REBUT dan WUJUDKAN UPAH LAYAK NASIONAL

§

“Apakah kaum buruh mempunyai suatu alasan untuk memcampurkan tuntutan ekonomi atau tuntutan apapun(!) pada suatu pemogokan Hari Mei?”

Ya, Kita semua Buruh Indonesia, bekerja tanpa kepastian kerja dan kesejahteraan!!! Sementara elit politik dan pengusaha asyik berpesta berebut jabatan unutk melayani sang pemodal dengan membuat kebijakan-kebijakan yang menyengsarakan buruh serta rakyat semua.

Siapkan mayday milik kita.

Oleh : Eko Supriyanto/ Aliansi Buruh Solo Raya/2009
SBSI92 Solo Raya/ Repdem Kra/ FSP KEP Kra/ FSP RTMM Kra/ FSP Farkes Ref/ Albacia Center

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“711” Memaknai Pitulungan Dan Kawelasan (?)

SELAMAT DATANG DI FSP KEP KSPI KARANGANYAR

IKRAR FSP KEP