Dibalik sebuah cerita…..

oleh : Eko Supriyanto

Cerita ini bermula saat aku kehilangan sebuah laptop dan dua handphone sekaligus, mungkin cerita ini tidaklah berarti sama sekali buat siapapun yang membacanya akan tetapi mungkin menjadi sebuah pelajaran bagi semua untuk berhati hati kapanpun dan dimanapun. Mungkin pula cerita ini akan menyinggung ‘seseorang’ yang dekat dengan saya sebelumnya saya minta maaf, saya tidak akan menyebut ‘seseorang’ itu siapa dan dimana yang jelas setidaknya dalam tulisan ini saya akan menyebutkan alibi-alibi yang terkait hal itu dan beberapa hasil spiritual saya dengan beberapa kawan saya. Biarlah ini menjadi sejarah saya tinggal dirantau jauh dengan orang tua dekat dengan mertua.he..3X Singkat cerita setelah saya mendapat rejeki hasil perjuangan seorang buruh pabrik yang masuk shift, siang dibuat malam, malam dibuat siang bukan suatu hal yang wajar dilakukan orang kebanyakan banyak waktu saya hilang untuk interaksi social. tanggal 26 Juni 2009 nota pembelian laptop tanggal 2 Agustus 2009 hilang, jadi hanya selang 37 hari sejak pembelian siapa saja yang tahu saya mempunyai laptop hanya beberapa kawan serikat dan saudara saudara saya. Alibi alibi yang ingin saya sampaikan rumah saya jarang bahkan tidak pernah digunakan untuk kegiatan kegiatan semacam arisan rt atau rw misalnya atau bahkan kampung masalahnya selama ini kegiatan tersebut dilakukan di rumah pak rw jadi kemungkinan besar adalah orang yang tahu persis situasi dan kondisi rumah saya berarti saudara saya dan beberapa tetangga dekat itupun hal mustahil dia bisa tahu tempat saya meletakkannya. Laptop itu saya tempatkan dibawah tangga naik ke lantai dua diatas meja kecil didalam tas dan dekatnya banyak tumpukan tas tas yang lain seperti tasnya anak saya, jadi tempatnya sangat tersembunyi jadi kalau bukan orang yang tahu tidak mungkin kalaupun itu maling pastinya akan mengacak acak almari ataupun yang lainnya itu tidak. Mustahil pula kawan kawan saya diserikat mengambilnya karena itu laptop saya gunakan untuk organisasi dan kawan saya jarang sekali kerumah saya (kalau ketemu disekretariat) tidak mungkin tahu tempat saya menaruhnya. Satu hal yang sangat kentara adalah seseorang itu yang masih saudara tidak pernah ‘ngaruhke’ mempertanyakan akan kehilangan itu kalau itu dia masih menganggap saya saudara dan yang menjadi sebuah pertanyaan besar adalah mengapa dia begitu marah besar tidak mau disebut mengambilnya padahal saya tidak pernah ‘ngarani’ ataupun menuduh seseorang akan tetapi kalau saya curiga terhadap siapapun yang tahu persis rumah tinggal saya Ya! Yang jelas saya tidak pernah ‘ngarani’ ataupun menuduh seseorang itu. (marahnyapun tidak langsung kepada saya tetapi itu dilakukan ke saudara saya yang lain kemudian disampaikan kepada saya dan keluarga saya) itukah yang dianggap saudara??? Dan seketika itu pintu ‘butulan’ rumah ditutup rapat.(kebetulan rumah itu berhimpitan=dulur). Ketika itu hal ini saya sampaikan kepada tetangga yang saya anggap dekat dengan saya dengan beberapa alibi yang mungkin terjadi mengarah kepada seseorang dan itu untuk wacana saya dengan tetangga saya itu, setelah itu saya sampaikan pula kepada pak rt pak rw dan seketika itu pula menjadi bahan pembicaraan warga kampung dan disebuah ‘kafe khere horee’ (hik maksud saya=wedangan special khas solo).sampai sekarang dihati saya yang paling dalam ‘isih ora trimo’ kok dengan begitu saja mengambil milik orang semoga saja dia akan ‘ciloko’. Akan tetapi mertua saya mewanti-wanti kepada saya supaya ‘sing sabar lan diselehke sing salah bakale seleh’ tapi hati kecilku masih belum terima. Sampai sekarang tidak pernah misalnya laptopmu ilang tho Su? Ilange neng dhi Su? Kok iso Su?(sorry pakai pisuhan jawa) Wkwkwk ya sudahlah itu cuma cerita saya kepada dunia melalui media ini, mengertilah dan berhati-hatilah pesan saya. Kemudian tentang spiritual seperti yang saya sampaikan diawal cerita ini mungkin tidak secara jelas akan saya sampaikan disini kalau saya sampaikan pasti akan menuduh seseorang, itu tidak saya sampaikan. Yang jelas hasil spiritual itu adalah menyebutkan jarak rumah ‘dia’ dari tempat saya, arahnya, berapa anaknya, warna cat rumahnya, pagar rumahnya, jendelanya, bahkan ciri cirinya dari ‘seseorang’ itu. Pokoknya detail sekali jelas sekali, cetho sekali, arep piye meneh? Itupun bukan satu-dua orang yang memberi gambaran seperti tersebut jadi beberapa orang, ‘pancene wonge wis biasa ngono, wis biasa ngapusi wong.’ Sekali lagi kepada kawan kawan semua pesan saya untuk berhati hati kepada siapapun dimanapun. “GUSTI MBOTEN SARE” “SING SALAH BAKALE SELEH” Mekaten lan maturnuwun.

oleh : Eko Supriyanto
tulisan ini dan yang lain
http://ekosupriyantospkep.wordpress.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“711” Memaknai Pitulungan Dan Kawelasan (?)

SELAMAT DATANG DI FSP KEP KSPI KARANGANYAR

IKRAR FSP KEP