Dibalik Kokohnya Tembok Pabrik
ZowLow – 19/06/2015 Jum’at Barokah,
Jum’at penuh berkah semoga keberkahan untuk kita semua kawan kawan
seperjuangan, seperti hari hari kemarin masih mencoba tetap keukeuh
menulis gejolak dalam makna guratan tangan dalam tut tut keyboard
memaknai setiap langkah, setiap ayunan kali dalam langkah perjalanan,
entah apa yang mengerakkan setiap kata mempunyai arti dalam apapun yang
kita perbuat. hemm hati tidak dapat di pungkiri atas segala apa yang
kita perbuat dalam setiap tapak kaki ini.
Alkisah disebutlah “Arjuna” sang penakluk
cinta asmara berkelana ke kota karena tuntutan semu atas pekerjaan yang
lebih baik dibandingkan ketika dia berada di desa, Arjuna adalah
seorang pemuda karena tuntutan orang tua dan kehendak suasana kampungnya
yang banyak mengembara mengadu nasib dikota, dengan modal pendidikan
setingkat SLTA mengadu nasib menjadi koeli pabrik yang terbilang
mentereng di Kota Jakarta. Arjuna bukanlah anak desa seperti lainnya
selain tanah orang tuanya yang luas dan gambaran pekerjaan yang lebih
enak daripada bertani di desa maka tersentaklah dia dengan kehidupan
metropolitan Jakarta.
Begitu banyak aneka rasa keanekaragaman
ibukota telah merubah segalanya dari sang Arjuna, Arjuna yang dari desa
dengan semangat 45 ingin merubah harapan dan cita cita menjadi pejabat
negara kandas sudah hingga masuk lorong lorong sempit pabrik tempat
bekerja sekarang, ingin rasanya pulang ke orang tuanya akan tetapi
keinginannya menjadi harapan keluarga menutup rasa malu dan asanya
menjadi seorang yang sukses di kota.
Tembok pabrik telah membelenggu semua
harapannya itu, bagaimana tidak? mereka terpaku pada jam kerja panjang
dengan upah minimum kabupaten/kota, terus kemudian kalaupun ada waktu
luang digunakan untuk kerja lembur untuk menutup biaya hidupnya di kota
Jakarta, tidak ada kesempatan mengembangkan dirinya, mengupgrade
pendidikannya, menambah pengetahuannya, tembok pabrik telah membelenggu
semuanya, jalan panjang telah dilaluinya hampir 25 tahun lamanya entah
untuk apa, entah bagaimana mereka bisa bertahan selama ini. Berjuang
bagi keluarganya bagi negaranya mengerakkan roda perekonomian pabrik dan
tentunya berjuang bagi tuannya sang majikan pabrik tempat ia bekerja.
Adakah ritme lain selain pergi pagi
pulang malam? dan itu pun dengan upah pas-pasan untuk menopang anggota
keluarganya? mencoba berkaca seandainya sang Arjuna tidak mengembara
karena asa dan harapan semu kota Jakarta pastilah sang Arjuna akan lebih
berkembang dengan tanah warisan orangtuanya, ya sudahlah sang Arjuna
engkaulah penggerak ekonomi sebenarnya negara ini, akan tetapi mengapa
engkau diberi upah murah, tidak ada kesempatan megembangkan dirimu
dengan pendidikan yang lebih tinggi lagi, nasib telah membelenggumu di
balik perkasanya dan kokohnya “TEMBOK PABRIK”
salam DPS
Komentar
Posting Komentar
In Solidarity Forever....Salam Solidaritas Tanpa Batas!!! Cerdas Militan Bertanggung-Jawab